Perlakuan dan Perawatan Bibit Lele
a. Pendederan Lele:
- Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih budidaya lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
- Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
- Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
- Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.
- Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
b. Penjarangan Lele:
- Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan budidaya lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara budidaya lele dengan kolam tidak seimbang. Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
- Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
- Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
- Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan budidaya lele terhambat.
- Cara penjarangan pada benih ikan lele :
- Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
- Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
- Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
c. Pemberian Pakan Lele:
- Hari pertama sampai ketiga, benih budi daya lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
- Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih budi daya lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
- Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
- Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
- Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
- Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
- Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
d. Pengepakan dan Pengangkutan Benih
- Cara tertutup:
- Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
- Plastik berisi benih budi daya lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
- Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
- Benih budidaya lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran budi daya lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
- Tempat budi daya lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.
By Muhammad Sonhaji
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
0 comments:
Posting Komentar